Tuesday, January 22, 2013

KEESAAN ALLAH DAN DIAYAH KRISTIANISASI


Dalam surah Yunus : 36, Allah berfirman, maksudnya : 

"Kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali prasangka sahaja. Sesungguhnya prasangka itu tidak akan mendatangkan kebenaran sedikit pun." 

Ayat ini mengisahkan tentang karakter orang-orang musyrik yang seringkali berpegang pada prasangka-prasangka yang tidak boleh membuktikan kebenarannya. Berkenaan tuhan yang wajib disembah pun mereka masih cenderung untuk berimaginasi pada benda-benda mati yang dalam persepsi [baca : prasangka] mereka itu kononnya dapat memberi jaminan keselamatan dan kelangsungan hidup, apalagi dalam persoalan lain. 

Melalui ayat ini, Allah Ta'ala memberikan penegasan akan perkara yang mesti dijadikan dasar atau garis panduan dalam berfikir dan bertindak; yakni yang secara jelas dapat menunjukkan pada kebenaran, dan bukannya masih dalam ruang lingkup keraguan-kebatilan. Hal ini kerana, perkara yang masih dalam ruang lingkup keraguan atau masih menjadi tanda tanya tidak dapat disejajarkan dengan keyakinan. Contoh gambaran Al-Quran tentang Nabi Ibrahim mencari tuhan yang selayaknya disembah adalah bukti bagaimana setiap perkara yang masih menjadi tanda tanya tidak selayaknya dijadikan sandaran muktamad. 

Berdasarkan penegasan ini, sekiranya berlaku atau timbul keraguan yang berpotensi untuk mempengaruhi perkara-perkara yang sudah diyakini sebelumnya, sudah pasti ia tidak dapat mempengaruhi keyakinan yang sudah ada, selama belum ada elemen-elemen atau pun indikasi fundamental yang dapat menunjukkan bukti kukuh bahawa keyakinan itu tidak sesuai kenyataan; al-yaqin la yuzalu bi al-syak [Keyakinan tidak dapat dihilangkan oleh keraguan]. 

Dalam konteks ini, masih belum ada sehingga ke hari ini, bukti kukuh daripada mereka dalam meragukan keesaan Allah sebagaimana diyakini teguh oleh umat Islam. Mungkin atas dasar itu, tanpa disedari oleh umat Islam sendiri; orang-orang musyrik seringkali secara terancang ingin menduga bahkan merancang sesuatu yang boleh merosakkan pemikiran dan pegangan umat Islam saban waktu dengan desakan dan permintaan yang tidak sewajarnya. Ini dapat dilihat sebagai contoh dalam isu kalimah Allah dan sebagainya. Namun, malang sekali; umat Islam, terutamanya dalam kalangan pemimpin mereka sendiri menjadi tidak bijak [baca : dungu] dalam menangani hal-hal yang bersifat diayah dan propaganda ini.

~ Hafiz Fandani/998-1404-231

No comments:

Post a Comment

Related Posts with Thumbnails