Kasih seluhur budi
kudambakan dalam memadu kemanisan cinta
kutenggelam dalam samudera alam abadi
dihiasi kesyahduan hakiki.
Kuterpana dengan tulus cinta suci-Nya
kusahut lambaian keagungan-Nya.
Selangit khalis kupasakkan
di ufuk sanubari kehambaan
di tiap wajah kesedaran.
Tunjang-tunjang kesabaran, pengorbanan, pengharapan
dan keadilan subur dalam merentas badai nafsu yang menggila.
Setiap kali kuhadap dan kutatap Watikah Keagungan-Nya
barulah kufahami dan mengerti sendiri akan kehendak,
dan maksud di bawah Duli Kemuliaan-Nya.
Kalam kesucian-Nya menggetarkan jantungku -
panas darah mengalir kencang di setiap seni batang tubuhku.
Khabar dari tinta kecintaan-Nya mentamsilkan akan kesedaran hakikat diri,
hakikat kehidupan ini dan hakikat perjalanan masani, agar aku iltizam menyusuri langkah pendahuluku, kekasih-Nya – Sayyidina Muhammad ShallalLahu ‘alaihi wa sallam.
Perutusan salam kasih-Nya kuabadikan seluruh ketaatanku pada-Nya dan pada kekasih-Nya.
Kuhamparkan titis perjuanganku untuk-Nya bagi membuktikan teguh cintaku pada-Nya, agar Dia menerimaku sebagai kekasih-Nya, hidup kekal bersama-Nya di dunia abadi;
Destinasi Cinta Suci.
Jiwa yang merasa
~ Hafiz Fandani
29 April 2003
Nahdzah, Kedah Darul Aman.