Ayah!
dulu, kini dan selamanya
kau mengajarku bertatih
meskipun berkali
kutersembam ke bumi
pecah bibir, calar siku, koyak lutut
tangis isak mengulit pilu
hatimu tak pernah mengalah
kau masih mengajarku bertatih
meskipun luka belum sembuh
tubir mata masih basah
kubangun untuk dilatih
bertatih sesudah ditatih
aku tidak lagi bertatih.
Terima kasih ayah!
demi jiwa yang nirmala
demi jiwa yang sakinah
dan demi jiwa yang muntahi
kau pancarkan cahaya Nubuwwah
kau pahatkan amanah syuhada
kau basahkan jiwaku dengan embun hidayah
Ayah!
sungguh dikau;
penyeriku
waliku
qudwahku.
Segalanya
kau pertaruhkan untukku.
Ayah!
pimpinlah jiwaku
hingga aku teguh
dalam rahmah dan mawaddah
untuk selamanya sa’adah
beratapkan langit cerah,
berhamparkan bumi indah.
[Saat mengenangkan keakraban ayah dan anak, di antara Sayyidah Fathimah az-Zahra dan RasululLah].
~ Hafiz Fandani
Isnin
Detik 7.55 malam
19hb April 2010
4 Jamadilawal 1431
Anjung Rindu.
dulu, kini dan selamanya
kau mengajarku bertatih
meskipun berkali
kutersembam ke bumi
pecah bibir, calar siku, koyak lutut
tangis isak mengulit pilu
hatimu tak pernah mengalah
kau masih mengajarku bertatih
meskipun luka belum sembuh
tubir mata masih basah
kubangun untuk dilatih
bertatih sesudah ditatih
aku tidak lagi bertatih.
Terima kasih ayah!
demi jiwa yang nirmala
demi jiwa yang sakinah
dan demi jiwa yang muntahi
kau pancarkan cahaya Nubuwwah
kau pahatkan amanah syuhada
kau basahkan jiwaku dengan embun hidayah
Ayah!
sungguh dikau;
penyeriku
waliku
qudwahku.
Segalanya
kau pertaruhkan untukku.
Ayah!
pimpinlah jiwaku
hingga aku teguh
dalam rahmah dan mawaddah
untuk selamanya sa’adah
beratapkan langit cerah,
berhamparkan bumi indah.
[Saat mengenangkan keakraban ayah dan anak, di antara Sayyidah Fathimah az-Zahra dan RasululLah].
~ Hafiz Fandani
Isnin
Detik 7.55 malam
19hb April 2010
4 Jamadilawal 1431
Anjung Rindu.
No comments:
Post a Comment